GEMPA BUMI JAWA TENGAH MELANDA KOTA JOGJAKARTA



Oleh:Luthfiatun nafisah

 Pada tanggal 27 Mei 2006, Gempa Bumi Jawa Tengah melanda Kota Jogjakarta di Pulau Jawa, Indonesia. Laporan ini merangkum hasil investigasi lapangan mengenai masalah geoteknik yang dilakukan oleh tim survei Masyarakat Geoteknik Jepang. Pada beberapa lokasi yang terjadi likuifaksi di dataran rendah, teridentifikasi kondisi tanah bawah permukaan berupa muka air tanah tinggi dengan endapan tanah lunak. Pencairan ini menyebabkan seringnya terjadi penyumbatan sumur


Di daerah dataran rendah ini, dilaporkan tingginya rasio keruntuhan rumah, yang mungkin terkait dengan arah gerakan gempa yang dipengaruhi oleh lokasi sesar gempa dan/atau amplifikasinya pada endapan tanah lunak. Di pegunungan. daerah tersebut, terjadi tanah longsor skala besar dan sejumlah besar keruntuhan lereng serta jatuhan batu. Bendungan urugan tanah mengalami keretakan pada puncaknya, sedangkan laju kebocoran air dari ujung lereng hilir tidak berubah. Beberapa rekomendasi diberikan dalam melakukan analisis rinci dan melaksanakan pekerjaan rehabilitasi pada bendungan yang rusak.


masyarakat mengirimkan tim survei yang terdiri dari tujuh anggota dari tanggal 24 Juni hingga 2 Juli untuk melakukan penyelidikan rinci dari sudut pandang geoteknik.


Dalam laporan ini, hasil investigasi yang dilakukan oleh tim survei JGS di atas dirangkum. Lokasi situs yang dimaksud dalam laporan ini ditunjukkan pada Gambar 2 serta lokasi pusat gempa yang dilaporkan


kondisi. Untuk melakukan hal ini, survei dan kemungkinan upaya rehabilitasi berikut akan direkomendasikan. Lihat Gambar 14 untuk penjelasan skematis.


(1) Evaluasi tingkat kebocoran


a) Lokasi pengukuran harus ditentukan dengan tepat pada sisi hilir (sebaiknya pada antarmuka antara bagian inti badan bendungan dan lapisan batuan di bawahnya).


b) Laju kebocoran dan warna air bocor harus diukur pada selang waktu tertentu.


c) Apabila terdapat data relevan yang diukur sebelum gempa bumi, maka data tersebut harus dibandingkan dengan data yang diukur setelah gempa bumi.


(2) Evaluasi perkembangan cracking


a) Luasnya perkembangan keretakan pada tubuh bendungan harus dipastikan dengan penggalian dari puncak bendungan pada beberapa titik yang representatif.


b) Luas lebar retak dan perkembangan pada lapisan tanah bercampur semen pada lereng hulu harus dipastikan. Kemungkinan penyebab keretakan tersebut harus diperkirakan.


(3) Kemungkinan pekerjaan rehabilitasi


a) Seluruh daerah retakan pada badan bendungan harus diperbaiki dengan prosedur yang benar, seperti melakukan pemadatan tambahan. Perhatian yang perlu diberikan, seperti menurunkan permukaan air bendungan terlebih dahulu


b) Retakan pada tanah campuran semen harus diperbaiki dengan prosedur yang benar, seperti grouting. 


c) Tindakan yang tidak menguntungkan, misalnya penetrasi hujan. masuknya air ke badan bendungan, harus dihindari dengan cara yang tepat selama seluruh periode pekerjaan survei dan rehabilitasi di atas, yang mungkin memerlukan waktu yang sangat lama.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Caleg di Tuban Yang Berpotensi duduk di Kursi DPRD

KUNJUNGAN DIRJEN PENDIS KSKK RI di MAN 1 TUBAN